Selasa, 12 April 2016
Film MARS, Perjuangan Seorang Ibu dan Persembahan Untuk Ibu Indonesia
Kisahnya dimulai dari sebuah desa di Gunung Kidul, sebuah daerah tandus dan minus secara ekonomi, tersebutlah seorang ibu bernama Tupon (Kinaryosih) yang dengan semangat dan kerja kerasnya berhasil mengantarkan buah hati bernama Sekar Palupi (Acha Septriasa) berhasil meraih pendidikan formal tertinggi di luar negeri, tak tanggung- tanggung predikat dan gelar kesarjanaannya diraih di Oxford University, UK.
Bagi seorang ibu dan anak tentu peristiwa ini sangat surprise dan membahagiakan hati, teristimewa buat bu Tupon yang nota bene warga miskin dari daerah tertinggal pula. Sepenggal kisah di atas terjadi dalam beberapa tahun yang lalu dan ini adalah kisah dalam film MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta) yang bakal tayang tanggal 4 Mei 2016 di bioskop kesayangan kita.
Film yang diadaptasi dari novel lawas Aishworo Ang, di produksi oleh PT. Multi Buana Kreasindo dan mengambil lokasi shooting di daerah Wonosari, Gunung Kidul (DIY ) dan Oxford University (UK ).
Bagaimana film yang bertema drama edukasi ini berhasil rampung dengan cita- cita dan target yang ini dicapai, tentu juga bagaimana tour of duty para crew dan pemeran film dari rencana dan selama pembuatan hingga film ini akan tersaji buat penonton dan pemerhati film nasional. Sobat KOPI, yuuk kita simak penuturan dari beberapa pemain dan crew film MARS yang hadir saat mini conference (12/4) di markas KOPI, Gedung Sarinah lt 12, Jakarta.
Surprise dan ada rasa puas atas kedatangan mereka yang semuanya memberi penjelasan detil tentang film bertema pendidikan ini. Ada Cholidi Asadil A. yang dipercaya memainkan peran sebagai tokoh agama (ustadz) bernama Ustadz Ali, menurut Andy Shafik, Producer yang juga hadir di acara mengatakan tokoh Ustadz Ali ini sangat penting karena kehadirannya bisa menjadi pencerah di tengah masyarakat yang masih mempercayai mistik dan gampang nrimo...
"Memang benar di sana (Gunung Kidul, pen) dulunya daerah yang mempunyai tingkat penghasilan terendah dan angka kematian tak wajar cukup tinggi, maka mistik yang dipercaya masyarakat sekitar dengan nama 'Pulo Gantung' " tutur Cholidi mengawali jumpa dengan 15 penulis KOPI.
"Tapi itu dulu sekitar 20 tahun yang lalu, kini Gunung Kidul berubah 180° dan menjadi daerah terbesar dalam pendapatan daerah " diteruskan oleh Shafik sang produser yang terlihat santai namun mencermati tiap sesi.
Selain Cholidi dan Andy Shafik, hadir pula Djonny Chen seorang WNI yang lama tinggal di Inggris menuturkan saat shooting di Oxford University segalanya harus melalui aturan yang ketat, maklum Universitas ternama ini banyak buku dan pustaka yang langka.
"Harus ada semacam jaminan (Labelisasi Insurance) dan peraturan seperti tidak boleh menyentuh benda atau buku karena sudah ada alarm keamanan " kata Djonny Chen yang diamini oleh sang produser.
"Tapi pihak Oxford University memberikan apresiasi kepada kami, karena shooting berjalan sesuai aturan. " tambahnya.
Ooo yaa Sobat KOPI, surprise lagi ini karena hadir John De Rantau, sutradara top tapi di film ini, beliau hanya sebagai penulis skenario dan yang jadi sutradara adalah Sahrul Gibran, yang akan membuat mini conference tak terasa sudah sore.
Tak mudah bagi John De Rantau membuat skenario ini apalagi bukan buat film yang didirect langsung olehnya.
"Spirit dari isi novel ini yang menarik buat saya untuk menampilkan visual neo realizes, seperti film ini adalah kisah nyata. Juga saya senang ini film bukan egalite atau apalah yang membuat film kehilangan "ruh keaslian", ga banyak lho film seperti ini " jelas John dengan terbuka.
"Dan ada yang harus saya tunaikan ini, yaitu ingin lihat seorang anak muda dengan passion yang saya yakin dia mampu menjadi sutradara handal di kemudian hari..." ujarnya sambil melirik Sahrul Gibran yang tengah menyimak sambil ngopi...
"Film ini memang bukan drama reliji, tapi pendidikan/ sains bila tak diimbangi dengan agama akan sesat, maka tokoh Ustadz Ali sangat sentral dan Cholidi pas memerankannya, siapa si yang ga kenal "Azzam".... " selorohnya namun tetap bersemangat memberi masukan tentang kualitas film.
Kini tiba sang sutradara Sahrul Gibran yang akan memberi penjelasan seputar pengalaman pertama menyutradarai film dengan sederet aktor kawak dan papan atas.
Berpenampilan dan bertutur apa adanya, membuat saya melihat ini memang passion dan style seseorang. Butuh satu artikel untuk menulis penuturan polos mulai dari awal cita- cita sampai dipercaya dan diberi tanggung- jawab besar sebagai pengatur laku.
Namun spirit dan optimisme yang terlihat, Sahrul Gibran tetap bermohon kepada Tuhan dan berharap agar karya perdananya sukses dan bisa diterima masyarakat.
"Saya persembahkan film ini untuk ibu saya dan ibu- ibu Indonesia " tutupnya dengan senyum bahagia.
Sobat KOPI, itulah sekelumit mini conference film yang tayang tanggal 4 Mei 2016 untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas ).
Sobat KOPI bisa lihat adegan film MARS di https://youtu.be/OOCTJ3Tk3uw
Juga bisa lebih jelas info film MARS di
FB: Mars the Movie
Twitter: @Mars_ TheMovie
IG: @Mars_ themovie
Salam KOPI.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar