Selasa, 08 Maret 2016
KOPI Bedah Film Waalaikumsalam Paris
Hii Sobat KOPI, senang sekali saya bisa jumpa insan film dalam mini conference WAALAIKUMSALAM PARIS produksi Maxima Picture, yang menghadirkan Pemeran Utama Velove Vexia, Nino Fernandez dan Sutradara Benni Setiawan serta Produser Ody Mulya Hidayat di Gedung Sarinah, Jakarta. Dipandu oleh kak Arul Kabarindo sejumlah pertanyaan terlontar seputar pembuatan film berikut visi dan atribut kisah dibalik film bergenre Romantic Komedi.
Seperti biasa kak Arul memperkenalkan kami dari Koalisi Online Pesona Indonesia (KOPI) dan sedikit mengurai beberapa point dasar yang nantinya menjadi bahasan materi dari nara sumber. Film Waalaikumsalam Paris (WP) mengisahkan tentang obsesi dan angan seorang gadis bernama Itje yang ingin merubah nasib dengan menikahi seorang pria bule peranakan Perancis bernama Clement. Satu persatu insan film WP memberi ulasan panjang lebar dan terbuka, ini salah satu keuntungan kami para blogger untuk menelisik lebih jauh seputar info film yang mulai tayang tanggal 17 Maret 2016 mendatang di bioskop kesayangan.
Sebagai pemeran tokoh Itje, Velove Vexia yang lahir di Jakarta, 13 Maret 1990 ini harus susah payah berakting sebagai gadis desa yang kontras dengan dirinya baik style, fisik, sifat dan karakter. Memang saya lihat Velove berambut hitam dan dalam uraiannya putri pak OC.Kaligis ini harus di make up sedikit hitam pada warna kulit putih bersih aslinya.
"Ini tuntutan peran yaa, selain harus menyesuaikan diri juga pada cuaca di Perancis yang jadi lokasi shooting, untungnya om Benni (Sutradara, pen. ) memberi keluasan dalam kami beradaptasi dengan peran yang cukup sulit ini. " kilah Velove yang terakhir membintangi film layar lebar "Mika" tahun 2013.
Masih dari penuturan "Itje" Kaligis ( kek nya pas ini nama Velove hehe...), "Ternyata di sana ada juga perkampungan yang sepi layaknya sebuah kota mati... itu di Bordeaux, wilayah
Perancis Selatan yang terhampar perkebunan anggur di mana hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di jalan...ndilalah ada orang Indonesia yang tinggal di sana, ini juga jadi plus point kami memudahkan interaksi dalam berakting. " demikian Velove dengan senyum manisnya.
Pada sesi selanjutnya kepada Benni Setiawan, kak Arul mengatakan bahwa sineas director adalah "manusia setengah dewa" yang bisa menghidupkan film atau sebaliknya menanyakan perihal pembuatan film yang konon adalah buah pemikiran dari Benni sendiri, sang sutradara yang terakhir membidani film "Toba Dream".
"Selama pembuatan film WP, saya berfikir untuk mengilustrasikan tempat sesuai cerita dan sosok tokoh Itje dan Clement juga harus pas sesuai tuntutan skenario. Ini dasar pemikiran saya menempatkan kota Bordeaux sebagai lokasi shooting. Velove dan Nino adalah tokoh yang pas menurut saya, walau mereka berdua harus cymestries satu sama lain." Benni membuka ulasan kerjanya di sana yang menyertakan 20 crew termasuk pemain dan dirinya.
"Soal perizinan, kita sudah ada yang mengatur, yang jelas selama kira- kira 2 minggu kami optimalkan sesi shooting." Imbuh Benni, yang terpilih sebagai the best of director dalam FFI 2010.
Menyinggung judul film awalnya, sineas kawakan kelahiran Tasikmalaya 50 tahun yang lalu, mengatakan judulnya adalah "99 hari di Perancis", tapi dari beberapa pertimbangan termasuk faktor komersil nama judul Waalaikumsalam Paris dirasa begitu cocok.
Hal itu dibenarkan oleh Ody yang datang bersama Nino Fernandez kemudian.
" Secara tak sengaja judul itu mengalir begitu saja, saat ingat ucapan salam. " Seloroh Ody, pendiri Maxima Production menambahkan di sela akhir sesi.
Sobat KOPI, kini giliran Nino Fernandez, pemeran Clement memberikan cerita dan pengalaman tentang "peran aman" ( maklum sering berperan sebagai " bule " hehe...) dalam film yang membuat dirinya harus terlihat mesra dengan lawan mainnya.
"Selama ini saya suka terbayang sosok "Itje" walau shooting sudah selesai... " kata Nino sambil melirik Velove yang antusias mendengarkan "suaminya" berkisah.
"Meski saya sering berperan sebagai bule, tetapi di film ini sungguh saya merasa jadi bule beneran... serius hehe..." sambung aktor kelahiran Hamburg, 13 Januari 1984.
Menurutnya, bahasa Perancis sama sulitnya terutama dialek berbeda dengan negara Eropa lainnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri saat sutradara memberi 4 halaman dialog berbahasa Perancis. Baginya keberhasilan akting terletak bagaimana sutradara sebagai pengatur laku memberi arahan kepada para pemainnya berimprovisasi dengan peran masing- masing. Nino memuji Benni Setiawan sebagai sutradara yang handal dalam menyelami kecerdasan pemain mengikuti kemauan skenario secara nature.
Menyinggung cerita film, Nino Fernandez mengatakan tokoh Clement yang diperani itu mendambakan kasih sayang dari ke dua orang tua yang lama berpisah. Sosok "Itje" membuat dia harus belajar agama Islam, karena dirinya mualaf.
"Cuma ketika saya ingin menekuni agama, orang yang menjadi guru ternyata tidak begitu menguasi ilmu agama... ini yang bikin bingung kan..?!?" Lanjutnya terkekeh.
Nino Fernandez sempat memberi kesan tentang bloger, yang dia bilang paling terbuka dan jujur dalam menulis.
"Sure, saya senang bisa bertemu para blogger di sini,..." kata "Clement" spontan membuat kak Arul dan anggota KOPI dehem-dehem....
hehehe....
Sebelum mengakhiri sesion mini conference, Ody Mulya Hidayat menyatakan keoptimisan film karya Benni Setiawan.
"Dalam film ini lebih banyak mengisahkan 2 sosok utama, ada banyak kelucuan terkait kehidupan mereka, terutama akting Itje yang sempat membayangkan hidup bahagia di luar negeri. Nyatanya tak lebih baik dari kampung halamannya di daerah Bojong, Jawa Barat... Yaa Waalaikumsalam...heee " Ody mengakhiri obrolan santai ini.
Sobat KOPI, sekian kami membedah film Waalaikumsalam Paris yang akan tayang di bioskop tanggal 17 Maret 2016.
Ini trailer filmnya, https://youtu.be/w1EXvq7xngs
Salam KOPI.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar