Hari ini, Senin 8 Februari 2016, rakyat Indonesia khususnya masyarakat Tionghoa merayakan hari raya Tahun Baru Imlek 2567 Kongzili.
Di bawah guyuran hujan makin menambah semarak dan hikmat perayaan Imlek, di Vihara maupun di gedung dan di rumah warga Tionghoa memasang berbagai hiasan dari Lampion yang berwarna merah dan dupa mewangi serta kue dan buah- buahan segar tersaji dalam kegemerlapan merah menyala di tahun monyet ini.
Sebagai sesama warga Indonesia, saya ikut merasakan suka- cita hari besar mereka. Kita maklum dalam beberapa tahun etnis Tionghoa tidak bebas bahkan dilarang mengadakan ritual keagamaan dan adat istiadatnya. Sungguh hal ini sangat menyakitkan dan gelap terasa dunia bak tiada surya bersinar.
Etnis Tionghoa sangat merindukan hadirnya lentera penerangan dalam setiap gerak langkahnya di negeri ini. Selama bertahun-tahun apa yang diimpikan etnis Tionghoa akhirnya terwujud. Tepat pada tanggal 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengambil keputusan bersejarah dan monumental. Presiden ke 4 kala itu mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 6/2000 yang isinya mencabut Inpres No. 14/1967.
Kebijakan itu melahirkan kebebasan etnis Tionghoa dalam menjalankan ritual keagamaan, adat istiadat, serta memperbolehkan pengek-spresian terhadap kebudayaannya di Indonesia.
Pada 9 April 2002, Keputusan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Keppres No. 19/2002 meresmikan Imlek sebagai Libur Nasional yang berlaku mulai Tahun Imlek 2003. Sehingga keberadaan tahun baru Imlek di negeri ini sama halnya dengan tahun baru lainnya.
Kebahagiaan etnis Tionghoa serasa semakin lengkap ketika di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu pemerintah dan DPR membuat kebijakan spektakuler yang termaktub dalam UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa etnis Tionghoa yang lahir di negeri ini termasuk orang Indonesia asli. Undang-undang tersebut dengan tegas mendefinisikan "orang-orang bangsa Indonesia asli". Artinya, orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak bersedia menjadi kewarga-negaraan lain atas kehendak sendiri. Untuk itu, kehadiran undang-undang itu dengan tujuan untuk menghapus diskriminasi kewarganegaraan etnis Tionghoa.
Sobat KOPI, itulah sekelumit yang bisa saya tulis sebagai tanda bahwa, Koalisi Online Pesona Indonesia (KOPI) sangat respek dan ikut suka- cita. Dalam whatsapp grup (wa KOPI) kami saling mengucapkan selamat kepada teman- teman yang merayakan hari raya Imlek.
Ŕenungan Imlek 💡
Tahun Baru Imlek ini, Ada Baiknya Kita (Baca dan Renungkan Makna) Dari 10 Renungan dari negeri Tiongkok.
父 母 不 孝 , 奉 神 無 益 。
Fumu buxiao ; fengshen wuyi
"Bila tidak berbakti pada orang tua ; Percuma menyembah TUHAN".
兄 弟 不 和 , 交 友 無 益 。r
Xiongdi buhe ; jiaoyou wuyi
"Bila dengan saudara sendiri tidak rukun ; Percuma menjalin persahabatan dengan Orang Lain."
存 心 不 善 , 風 水 無 益 。
Cunxin bushan ; fengshui wuyi
"Bila hati penuh pikiran jahat ; Percuma saja mengatur Fengshui"
行 止 不 端 , 讀 書 無 益 。
Xingzhi buduan ; Dushu wuyi
"Bila tindak tanduknya tanpa tata krama suka menyakiti Orang Lain ; Percuma sekolah tinggi-tinggi."
心 高 氣 傲 , 博 學 無 益 。
Xingao qiao ; Boxue wuyi
Bila bersifat angkuh ; Percuma saja menjadi seorang Pemimpin yg katanya Terpelajar."
作 事 乖 張 , 聰 明 無 益 。
Zuoshi guaizhang ; chongming wuyi
"Bila seenaknya sendiri dlm melakukan sgl sesuatu ; Kepintaran pun percuma karena tak menjadikan Bijak."
時 運 不 通 , 妄 求 無 益
Shiyun butong ; Wangqiu wuyi
"Bila blm tiba saatnya diberi Tuhan ; Berkolusi dgn manusia penentu sekalipun, juga percuma".
不 惜 元 氣 , 服 藥 無 益 。
Buxi yuanqi ; fuyao wuyi
"Bila tdk mau menghargai kesehatan ; Minum obat pun akan percuma."
妄 取 人 財 , 布 施 無 益
Wangqu rencai ; Bushi wuyi
"Sembarangan mengambil harta orang dan hak orang lain ; Percuma saja kalo mereka berderma."
淫 惡 肆 欲 , 陰 騭 無 益
Yin e siyu ; Yinzhi wuyi
"Bila suka mengumbar hawa nafsu ; Percuma saja berbuat kebajikan".
Salam KOPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar